jump to navigation

Ciumlah Anak-anak Kalian July 18, 2013

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengungkapkan kasih sayangnya kepada sang anak. Islam sebagai agama nan sempurna melalui kisah Rasul-Nya banyak memberikan teladan dalam hal ini. Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kasih sayang di dalam qalbu ayah dan bunda, sehingga senantiasa menghiasi segala apa yang ada antara ayah bunda dengan buah cinta mereka. […]

Banyak hal yang bisa dilakukan orang tua untuk mengungkapkan kasih sayangnya kepada sang anak. Islam sebagai agama nan sempurna melalui kisah Rasul-Nya banyak memberikan teladan dalam hal ini.

Allah

subhanahu wa ta’ala menjadikan kasih sayang di dalam qalbu ayah dan bunda, sehingga senantiasa menghiasi segala apa yang ada antara ayah bunda dengan buah cinta mereka. Gambaran apa pun yang ada di antara ayah-ibu dengan anak mereka, tak lain melambangkan kasih sayang mereka. Sekeras apa pun tabiat sang ayah atau bunda, di sana tersimpan kecintaan yang besar terhadap putra-putrinya.

Besarnya kasih sayang ini terlukis dari ungkapan lisan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam ketika melihat seorang ibu di antara para tawanan. Kisah ini disampaikan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab

radhiallahu ‘anhu: “Datang para tawanan di hadapan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam. Ternyata di antara para tawanan ada seorang wanita yang buah dadanya penuh dengan air susu. Setiap dia dapati anak kecil di antara tawanan, diambilnya, didekap di perutnya dan disusuinya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kalian menganggap wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api?” Kami pun menjawab, “Tidak. Bahkan dia tak akan kuasa untuk melemparkan anaknya ke dalam api.” Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “

Sungguh Allah lebih penyayang daripada wanita ini terhadap anaknya.” (

Shahih,

HR. Al-Bukhari no. 5999)

Banyak hal yang bisa menjadi ungkapan kasih sayang. Pun yang demikian tak ditinggalkan oleh syariat, hingga didapati banyak contoh dari Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam, bagaimana beliau mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak.

Satu contoh yang beliau berikan adalah mencium anak-anak. Bahkan beliau mencela orang yang tidak pernah mencium anak-anaknya.

Kisah-kisah tentang ini bukan hanya satu dua. Di antaranya dituturkan oleh shahabat yang mulia, Abu Hurairah

radhiallahu ‘anhu:

 “Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium Al-Hasan bin ‘Ali, sementara Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. Maka Al-Aqra’ berkata, “Aku memiliki 10 anak, namun tidak ada satu pun dari mereka yang kucium.” Kemudian Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam memandangnya, lalu bersabda, “Siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi.” (

Shahih,

HR. Al-Bukhari no. 5997 dan

Muslim no. 2318)

Para ulama menjelaskan bahwa ucapan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam ini umum, mencakup kasih sayang terhadap anak-anak maupun selain mereka. (

Syarh Shahih Muslim, 15/77)

Begitu pula yang diceritakan oleh istri beliau, ‘Aisyah bintu Abu Bakr

radhiallahu ‘anhuma:

 “Seorang Arab gunung datang kepada Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian mengatakan, “Kalian biasa mencium anak-anak, sedangkan kami tidak biasa mencium mereka.” Maka Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan, “

Sungguh aku tidak memiliki kuasa apa pun atasmu jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari qalbumu.” (

Shahih,

HR. Al-Bukhari no. 5998 dan

Muslim no. 2317)

Itulah penekanan beliau, sementara gambaran kasih sayang kepada anak yang lebih jelas dan lebih indah dari itu semua didapati dalam diri Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menyambut putrinya, Fathimah bintu Muhammad

radhiallahu ‘anha. Peristiwa ini dilukiskan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah bintu Abu Bakr

radhiallahu ‘anhuma:

“Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip dengan Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam dalam bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi, “Biasanya Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam bila melihat Fathimah datang,

beliau mengucapkan selamat datang padanya, lalu berdiri menyambutnya dan menciumnya, kemudian beliau menggamit tangannya dan membimbingnya hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Demikian pula jika Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada Fathimah, maka Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau, kemudian berdiri menyambutnya, menggamit tangannya, lalu mencium beliau. Suatu saat, Fathimah mendatangi Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menderita sakit menjelang wafat. Beliau pun mengucapkan selamat datang dan menciumnya, lalu berbisik-bisik kepadanya hingga Fathimah menangis. Kemudian beliau berbisik lagi padanya hingga Fathimah tertawa. Maka aku berkata pada para istri beliau, ‘Aku berpandangan bahwa wanita ini memiliki keutamaan dibandingkan seluruh wanita, dan memang dia dari kalangan wanita. Dia tengah menangis, kemudian tiba-tiba tertawa.’ Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Apa yang beliau katakan padamu saat itu?’ Fathimah menjawab, ‘Kalau aku mengatakannya, berarti aku menyebarkan rahasia.’ Ketika Nabi

shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, Fathimah berkata, ‘Waktu itu beliau membisikkan padaku: Sesungguhnya aku hendak meninggal. Maka aku pun menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi: Sesungguhnya engkau adalah orang pertama yang menyusulku di antara keluargaku. Maka hal itu menggembirakanku’.” (Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam

Shahih Al-Adabul Mufrad no.725)

Anas bin Malik

radhiallahu ‘anhu, seorang shahabat yang senantiasa menyertai Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam dalam melayaninya pun turut mengungkapkan bagaimana rasa sayang Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam kepada putranya yang lahir dari rahim Mariyah Al-Qibthiyyah

radhiallahu ‘anha:

 “Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih besar kasih sayangnya kepada keluarganya dibandingkan Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam.” Anas berkata lagi, “Waktu itu, Ibrahim sedang dalam penyusuan di suatu daerah dekat Madinah. Maka beliau berangkat untuk menjenguknya, sementara kami menyertai beliau. Kemudian beliau masuk rumah yang saat itu tengah berasap hitam, karena ayah susuan Ibrahim adalah seorang pandai besi.

Kemudian beliau merengkuh Ibrahim dan menciumnya, lalu beliau kembali.” (

Shahih, HR. Muslim no. 2316)

Kisah ini menunjukkan kemuliaan akhlak Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam, serta kasih sayangnya terhadap keluarga dan orang-orang yang lemah. Juga menjelaskan keutamaan kasih sayang terhadap keluarga dan anak-anak, serta mencium mereka. Di dalamnya juga didapati kebolehan menyusukan anak pada orang lain. Demikian dijelaskan oleh Al-Imam An-Nawawi. (

Syarh Shahih Muslim, 15/76)

Kalaulah dibuka perjalanan para pendahulu yang shalih dari kalangan shahabat radhiallahu ‘anhum, hal ini pun ditemukan di kalangan mereka. Bahkan dilakukan oleh shahabat yang paling mulia, Abu Bakr Ash-Shiddiq

radhiallahu ‘anhu. Ketika Abu Bakr

radhiallahu ‘anhu tiba di Madinah bersama Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hijrah, dia mendapati putrinya, ‘Aisyah

radhiallahu ‘anha sakit panas. Al-Barra’ bin ‘Azib

radhiallahu ‘anhu yang menyertai Abu Bakr saat menemui putrinya mengatakan:

 “Kemudian aku masuk bersama Abu Bakr menemui keluarganya. Ternyata ‘Aisyah putrinya sedang berbaring, terserang penyakit panas.

Maka aku melihat ayah ‘Aisyah mencium pipinya dan berkata, ‘Bagaimana keadaanmu, wahai putriku?‘.” (

Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3918)

Inilah kasih sayang Rasulullah

shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang ayah yang paling mulia di antara seluruh manusia. Tak segan-segan beliau mendekap dan mencium putra-putri dan cucu-cucunya. Begitu pun yang beliau ajarkan kepada seluruh manusia. Keberatan apa lagikah yang menggayuti seseorang yang mengaku mengikuti beliau untuk mengungkapkan kasih sayang di hatinya dengan pelukan dan ciuman kepada anak-anaknya?

Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawabPenulis : Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran

Sumber: akhwat.web.id

To Be a More Successful Person August 9, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Joko dan Edi sama-sama diterima di sebuah perusahaan distribusi FMCG sebagai salesman setelah lulus. Mereka berdua bekerja keras.

Dua tahun kemudian bos Chandra mengangkat Edi menjadi Sales Supervisor sedangkan Joko tetap saja menjadi Salesman.

Suatu hari Joko tidak tahan lagi dan mengajukan pengunduran dirinya kepada bos Chandra.

Alasan Joko perusahaan ini tidak memperhatikan orang yang bekerja keras, hanya orang yang pandai menjilat bos saja yang bisa naik.

Bos Chandra tau bahwa Joko pekerja keras tetapi untuk menyadarkan Joko apa beda dia dengan Edi maka ia memberikan satu tugas kepada Joko.

Ia meminta Joko untuk menemukan seorang pedagang semangka di pasar dekat kantor.

Saat Joko kembali, bos Chandra bertanya: “Sudah kau temukan Jok?” “Sudah pak” jawab Joko. “Berapa harga semangkanya?” tanya Bos Chandra.

Joko pergi ke pasar lagi untuk menanyakan harga semangka lalu kembali menghadap bos Chandra dan berkata: “ Rp 1000 per kg pak.”

Bos Chandra berkata kepada Joko bahwa sekarang dia akan memberi perintah yang sama kepada Edi.

Edi ke pasar dan setelah kembali menghadap ke bos Chandra.

Edi lapor kepada bos Chandra: “Di pasar hanya ada 1 pedagang semangka, harga semangka Rp 1000 per kg, kalau beli 100 kg hanya Rp 800 per kg nya,- ia mempunyai stok 324 biji, yang 32 dipajang di counternya. Semangka didatangkan dari Indramayu 2 hari yang lalu, warnanya hijau segar dan isinya merah jingga, kualitasnya bagus.”

Joko sangat terkesan dengan laporan Edi dan memutuskan untuk tidak jadi mengundurkan diri tetapi akan belajar lebih banyak dari Edi.

Morale of the story :

Bekerja lebih keras saja tidak cukup.

→ Seorang yang lebih sukses meneliti lebih banyak, berpikir lebih banyak dan mengerti lebih mendalam.

→ Untuk alasan yang sama seorang yang lebih sukses melihat beberapa tahun ke depan sedangkan anda hanya melihat esok hari saja.

(Annonymous)

Bila.. June 11, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Berikan yang terbaik dari dirimu …

Bila engkau baik hati,
bisa saja orang lain menuduhmu punya pamrih;
tapi bagaimanapun juga, tetaplah berbaik hati…

Bila engkau jujur dan terbuka,
mungkin saja orang lain akan menipumu;
tapi bagaimanapun juga, tetaplah jujur dan terbuka…

Bila engkau mendapat ketenangan dan kebahagiaan,
mungkin saja orang lain jadi iri;
tapi bagaimanapun juga, tetaplah berbahagia…

Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun mungkin saja dihancurkan orang lain hanya dalam semalam;
tapi bagaimanapun juga, tetaplah membangunnya…

Kebaikan yang engkau lakukan hari ini,
mungkin saja besok sudah dilupakan orang;
tapi bagaimanapun juga, tetaplah berbuat baik…

Bagaimanapun itu, tetaplah berikan yang terbaik dari dirimu…

…Pada akhirnya, engkau akan tahu bahwa ini adalah urusan antara engkau dan Tuhanmu…

Ini bukan urusan antara engkau dan mereka…

Saat Tubuh Perlu Ketenangan February 27, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

 Panik bisa terjadi kapan saja dan berhubungan dengan banyak hal, seperti uang, pekerjaan, anak-anak atau mertua. Tapi pada kondisi tertentu tubuh juga perlu ketenangan dan terbebas dari serangan panik.  

Ini dia 12 tanda saatnya tubuh perlu ketenangan. 

Saat panik datang atau berada dalam situasi tertekan, maka seseorang memiliki pilihan untuk melawan rasa panik tersebut atau justru melarikan diri. Pada saat bersamaan hormon stres akan mengalir melalui sistem tubuh, jika tidak segera diatasi hormon stres ini dapat menimbulkan kerusakan fisik dan mental. 

Dikutip dari Health24, ada 12 sinyal yang dikeluarkan sebagai tanda bahwa tubuh memerlukan ketenangan, yaitu: 

1. Merasa pusing. Saat panik, seseorang tidak bisa berpikir dengan jernih. Lonjakan adrenalin akan menyebabkan sebagian aliran darah dialihkan dari otak dan dikirim ke otot. Hal ini akan menimbulkan rasa sakit kepala ringan. 

2. Bernapas lebih cepat. Otot-otot tubuh membutuhkan peningkatan kadar oksigen agar bisa berfungsi dengan baik saat panik. Satu-satunya cara untuk mendapatkan banyak oksigen adalah dengan mempercepat proses bernapas. 

3. Tidak bisa tidur. Ketika panik, akan muncul banyak pikiran dan perasaan cemas sehingga membuat seseorang tetap terjaga. Sebuah proses kimia yang kompleks akan memicu seseorang tertidur setiap malamnya, tapi proses ini akan terhambat jika adanya hormon kortisol yang tinggi. Padahal seharusnya hormon ini berada di tingkat terendah saat malam hari. 

4. Tubuh merasa gatal dan muncul eksim. Kelebihan hormon kortisol saat panik akan merangsang pelepasan histamin di dalam tubuh. Kondisi ini akan memicu timbulnya gatal-gatal di kulit atau eksim yang tiba-tiba muncul kembali. 

5. Tubuh berkeringat. Ketika panik, maka denyut jantung dan tekanan darah akan meningkat. Hal ini menyebabkan seseorang berkeringat lebih banyak untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. 

6. Penglihatan menjadi kabur. Ada banyak penyebab penglihatan seseorang menjadi kabur. Tapi ketika terjadi serangan panik, akan membuat tekanan darah tinggi yang memicu sakit kepala dan menyebabkan penglihatan kabur. 

7. Menjadi lebih sering ke toilet. Beberapa orang yang menderita kecemasan atau kepanikan akan membuat tubuh kehilangan vitamin B6 dan menyebabkan seseorang menjadi sering buang air kecil. 

8. Berat badan naik atau turun. Saat panik menyerang beberapa orang ada yang mencoba mengatasinya dengan cara makan yang tidak sehat atau justru tidak memiliki nafsu makan. Kondisi ini membuat berat badan seseorang menjadi bertambah atau justru menurun. 

9. Mudah terkena sariawan. Salah satu penyebab sariawan adalah kekurangan vitamin B12, dan pemicunya bisa berasal dari adanya tegangan atau kepanikan secara terus menerus. 

10. Mengonsumsi alkohol lebih banyak. Beberapa orang ada yang mengatasi rasa paniknya dengan mengonsumsi alkohol, tapi jika konsumsinya berlebihan akan membuat tubuh menjadi stres dan memperburuk kondisinya. 

11. Sering terkena infeksi. Ketika tubuh sering mengalami panik, maka secara tidak langsung tubuh selalu berada dalam kondisi siaga. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi sistem kekebalannya, sehingga lebih mudah terkena infeksi. 

12. Tidak tertarik pada seks. Percaya atau tidak saat tubuh merasakan kepanikan, maka seks tidak termasuk dalam daftar kebutuhan yang penting. Dan jika kepanikan terus menerus terjadi, maka akan menjadi malapetaka bagi tingkat libido seseorang. 

Jika mengalami kondisi tersebut, berilah tubuh waktu untuk beristirahat atau tenang. (ver/ir/detik health)  

=== 

Meraih Ketenangan Jiwa 

Betapa mahalnya harga ketenangan jiwa. Banyak yang mengorbankan apa saja untuk meraihnya. Namun, tak sedikit yang salah arah. Lihat saja orang rela menghabiskan berjam-jam nongkrong di tempat hiburan sembari minum minuman keras. Tak sedikit yang menghabiskan uang jutaan untuk mengkonsumsi pil-pil penenang. Sementara, ketenangan yang diproleh cuma sesaat. Itu pun sifatnya semu. Alih-alih ingin meraih ketenangan jiwa yang ada malah kehancuran. 

Berbagai persoalan sehari-hari bisa menjadi pemicu stress. Apalagi di kehidupan yang serba cepat seperti sekarang ini. Banyak hal yang membuat seseorang merasa tertekan, kecewa dan tegang. Masalahnya tinggal pada intensitas. Bila stress itu terjadi terus menerus akan menjadi distress yang berujung pada depresi. Pada tingkat ini penderita kerap melakukan tindakan di luar akal sehat. 

Faktanya, tak ada seorang pun terbebas dari persoalan hidup. Itulah sunatullah yang berlaku di dunia. Kekayaan, pangkat dan kedudukan takkan mampu menghalanginya.  

Namun, Islam memberikan solusi terhadap tekanan hidup itu agar jiwa tetap tenang. Tak ada istilah stress hagi seorang mukmin. Soalnya, Islam telah memberikan solusi menghadapi tekanan hidup, b erikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk meraih ketenangan jiwa: 

1. Membaca dan mendengarkan al-Quran, 2. Menyayangi orang miskin, 3. Melihat orang yang di bawah, jangan lihat ke atas, 4. Menjaga silaturahmi, 5. Banyak mengucapkan La hawla wa la quwwata illa billah, 6. Mengatakan yang haq (benar) sekalipun pahit, 7. Tidak ambil peduli terhadap celaan orang lain asalkan yang kita lakukan benar-benar karena Allah, 8. Tidak mengemis kepada orang lain, 9. Menjauhi utang, 10. Selalu berpikir positif 

(Lentera Kehidupan)

Bahagia adalah Pilihan February 18, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Hidup ini hanya sementara.., ada tempat terakhir dari kehidupan ini, hidup ini kadang berlika – liku kadang senang, kadang bahagia, kadang suka kadang duka…

Semua dari kita pasti menginginkan kebahagian di dunia ini, dan juga kebahagian yang kekal di akhir kehidupan kelak…

* Ternyata untuk membuat hidup itu bahagia hanya perlu 4 langkah :

1. BERSYUKUR.

Jika kita mensyukuri apa yang kita dapat, pasti akan selalu bahagia, sikap mensyukuri pemberian Tuhan akan membuat kita menerima dengan ikhlas setiap takdir yang kita terima sekecil apapun…

Lalu bagaimana CARANYA BERSYUKUR ?

Caranya : dengan mencari cermin sebagai introspeksi diri kebawah…

Artinya sebagai barometer kita melihat orang-orang yang tidak lebih beruntung dari kita, sehingga kita akan merasa sangat beruntung dan akan berterima kasih pada Tuhan atas apa yang telah di berikanNya.

2. BERSABAR.

Sabar yang sesungguhnya tidak akan pernah habis dan tidak akan ada batasnya…

Lalu, MANFAAT SABAR untuk kebahagian hidup kita apa ?

Dengan Bersabar kita yakin bahwa dalam kehidupan ini ada yang mengatur, dengan bersabar kita akan menerima kesusahan tersebut dengan tersenyum ….

3. BERUSAHA.

Tanpa ada usaha tidak akan ada yang namanya kebahagian, berusaha/ ikhtiar merupakan kewajiban manusia… Kebahagiaan harus di raih, tapi tanpa usaha jangan harap kebahagian akan datang sendiri…

Jadilah pemimpi bukan penghayal, seorang pemimpi akan berusaha mewujudkan impiannya bukan hanya berandai-andai…

4. BERPIKIR POSITIF.

Nah, ini yang akan membuat ketiga tips diatas akan mudah kita jalankan…

Dengan berpikir positif kita bisa mengerahkan semua daya yang kita punya untuk melakukan hal positif, karena setiap tindakan di instruksikan oleh pikiran, dan berlaku sebaliknya jika pikiran negatif yang kita ciptakan maka kita akan melakukan tindakan negatif pula …

~ Katakan pada Diri Sendiri :
“Saya sudah memilih untuk Bahagia, apapun yang akan terjadi… Ada Tangan Kokoh-NYA Yang Senantiasa Membimbing” …

Allahumma Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin……

Sumber : suryarahadianto.wordpress.com

Kisah Julaibib dan Pengantin Perempuan February 13, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Adalah seorang laki-laki dari sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bernama Julaibib. Wajahnya tidak begitu menarik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menawarinya menikah. Dia berkata (tidak percaya), “Kalau begitu, Anda menganggapku tidak laku?” 

Beliau bersabda, “Tetapi kamu di sisi Allah bukan tidak laku.” 

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa terus mencari kesempatan untuk menikahkan Julaibib… 

Hingga suatu hari, seorang laki-laki dari Anshar datang menawarkan putrinya yang janda kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar beliau menikahinya. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya,  “Ya. Wahai fulan! Nikahkan aku dengan putrimu.” 

“Ya, dan sungguh itu suatu kenikmatan, wahai Rasulullah,” katanya riang. 

Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadanya, “Sesungguhnya aku tidak menginginkannya untuk diriku…” 

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya.  Beliau menjawab, “Untuk Julaibib…” 

Ia terperanjat, “Julaibib, wahai Rasulullah?!! Biarkan aku meminta pendapat ibunya….” 

Laki-laki itu pun pulang kepada istrinya seraya berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melamar putrimu.” 

Dia menjawab, “Ya, dan itu suatu kenikmatan…” 

“Menjadi istri Rasulullah!” tambahnya girang. 

Dia berkata lagi, “Sesungguhnya beliau tidak menginginkannya untuk diri beliau.” 

“Lalu, untuk siapa?” tanyanya. 

“Beliau menginginkannya untuk Julaibib,” jawabnya. 

Dia berkata, “Aku siap memberikan leherku untuk Julaibib… ! Tidak. Demi Allah! Aku tidak akan menikahkan putriku dengan Julaibib. Padahal, kita telah menolak lamaran si fulan dan si fulan…” katanya lagi. 

Sang bapak pun sedih karena hal itu, dan ketika hendak beranjak menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba wanita itu berteriak memanggil ayahnya dari kamarnya, “Siapa yang melamarku kepada kalian?” 

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,” jawab keduanya. 

Dia berkata, “Apakah kalian akan menolak perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?” 

“Bawa aku menuju Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh, beliau tidak akan menyia-nyiakanku,” lanjutnya. 

Sang bapak pun pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata, “Wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, terserah Anda. Nikahkanlah dia dengan Julaibib.” 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menikahkannya dengan Julaibib, serta mendoakannya,  “Ya Allah! Limpahkan kepada keduanya kebaikan, dan jangan jadikan kehidupan mereka susah.” 

Tidak selang beberapa hari pernikahannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam keluar dalam peperangan, dan Julaibib ikut serta bersama beliau. Setelah peperangan usai, dan manusia mulai saling mencari satu sama lain. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada mereka, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” 

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab,“Kami kehilangan si fulan dan si fulan…” 

Kemudian beliau bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?” Mereka menjawab, “Kami kehilangan fulan dan fulan…” 

Beliau bersabda, “Akan tetapi aku kehilangan Julaibib.” 

Mereka pun mencari dan memeriksanya di antara orang-orang yang terbunuh. Tetapi mereka tidak menemukannya di arena pertempuran. Terakhir, mereka menemukannya di sebuah tempat yang tidak jauh, di sisi tujuh orang dari orang-orang musyrik. Dia telah membunuh mereka, kemudian mereka membunuhnya. 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri memandangi mayatnya, lalu berkata,“Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia membunuh tujuh orang lalu mereka membunuhnya. Dia dari golonganku dan aku dari golongannya. 

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membopongnya di atas kedua lengannya dan memerintahkan mereka agar menggali tanah untuk menguburnya. 

Anas bertutur, “Kami pun menggali kubur, sementara Julaibib radhiallahu ‘anhu tidak memiliki alas kecuali kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga ia digalikan dan diletakkan di liang lahatnya.” 

Anas radhiallahu ‘anhu berkata, “Demi Allah! Tidak ada di tengah-tengah orang Anshar yang lebih banyak berinfak daripada istrinya. Kemudian, para tokoh pun berlomba melamarnya setelah Julaibib…” 

Benarlah, “Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya serta takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya, mereka itu adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.”(An-Nur: 52). 

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga telah bersabda, sebagaimana dalam ash-Shahih, “Setiap umatku akan masuk surga kecuali yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang engan itu?” Beliau bersabda, “Barangsiapa taat kepadaku, maka ia masuk surga, dan barangsiapa mendurhakaiku berarti ia telah enggan.” 

Sumber: Abu Thalhah Andri Abdul Halim, di nukil dari, “90 Kisah Malam Pertama” karya Abdul Muththalib Hamd Utsman, Pustaka Darul Haq.

Membina Remaja Muslim January 29, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

( Sumber: Lutfi Fauzan Blog’s )

Anak merupakan amanah Allah bagi orang tuanya, dengan tugas dan tanggung jawab yang dilekatkan untuk mengasuh dan mendidik mereka. Bagaimana orang tua menerapkan cara pengasuhan dan pendidikan menentukan akan menjadi bagaimanakah nantinya anak tersebut. Al-Quran menyebut adanya anak yang: (1) menjadi musuh (aduwwun) bagi orang tuanya; (2) anak yang menjadi fitnah (fitnatun) bagi orang tuanya; (3) sebagai hiasan atau kesenangan duniawi (zinatul hayatid dunya); (4) cindera mata hati (qurrata a’yun) karena ia merupakan ladang amal bagi orang tuanya.
Begitu besar peran orang tua untuk menyelamatkan ataupun menggelincirkan anaknya diisyaratkan dalam hadits Rasulullaw saw, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah (membawa benih iman), maka orang tuanyalah yang menjadikan mereka yahudi, nasrani, ataupun majusi” — Fithrah mengandung arti membawa benih iman diperkuat dengan hadits qudsi yang menyatakan, “dan sesungguhnya Aku ciptakan manusia itu semuanya dalam keadaan hanif (lurus, condong pada kebenaran).

Tugas Mendidik Anak
Menurut ilmu bahasa, pendidikan (tarbiyah) berasal dari kata rabba, artinya memperbaiki sesuatu dan meluruskannya. Kata rabbun sendiri dalam dalam kalimat Rabbul Alamin berarti Pencipta, Pendidik, Pengasuh, Pemelihara (Yang Memperbaiki). Pengarang tafsir Al Baidhawi dalam menafsirkan Ar-rabb merupakan masdar (sebut-an) yang bermakna tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sampai menuju titik kesempurnaan sedikit demi sedikit.”
Dari antara sejumlah simpulan pengertian tarbiyah menurut ulama yang dapat kita jumpai adalah:

1. Tarbiyah berarti menyampaikan sesuatu untuk mencapai kesempurnaan.
2. Tarbiyah adalah menentukan tujuan melalui persiapan sesuai batas kemampuan untuk mencapai kesempurnaan.
3. Tarbiyah adalah sesuatu yang dilakukan secara bertahap dan sedikit demi sedikit oleh seorang pendidik (murabbi).
4. Tarbiyah dilakukan secara berkesinambungan. Artinya tahapannya sejalan dengan kehidupan, tidak berhenti pada batas tertentu, terhitung dari buaian sam¬pai liang lahat.
5. Tarbiyah adalah tujuan terpenting dalam kehidupan, baik secara individu maupun keseluruhan.
Mendidik bukan hanya tugas kalangan ahli pendidikan (dalam pengertian guru atau ustadz), tetapi setiap kita adalah pendidik. Demikian itu karena Allah telah menempelkan bakat mendidik itu pada setiap orang, dan pendidikan merupakan bagian dari sifat Allah yang dipercikkan kepada manusia untuk dikembangkan dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya, utamanya dalam mendidik putra dan putrinya. Allah menegaskan di dalam Al-Quran, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jaga-peliharalah dirimu dan keluargamu dari kebinasaan (api neraka)…” (QS.66: 6). Selanjutnya dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullaw saw bersabda, yang artinya: “Urus dan lazimkan anak-anakmu dengan adab yang baik”. Pada hadits yang lain dinyatakan, “Tolonglah anak-anakmu untuk berbuat kebajikan” (H.R. Thabrani). Dan untuk memberikan semangat kepada orang tua dalam mendidik putra-putrunya, Rasulullah saw menegaskan, “Tidak ada pemberian orang tua yang lebih utama terhadap anak-anaknya daripada pendidikan yang baik”.

Sifat-Sifat Remaja
Mendidik anak, utamanya ketika memasuki masa remaja, yang merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Masa remaja yang ditandai dengan kematangan fisik dan seksual, perubahan naluri, pemikiran dan pola hubungan sosial, secara syar’i mereka telah mencapai usia bulugh (baligh). Masa tersebut dimulai pada usia 11 atau 12 untuk wanita, 13 sampai 15 untuk pria, dan biasanya diakhiri pada usia 21 atau 22 tahun. Pada masa ini anak memerlukan perhatian yang lebih serius. Hal ini disebabkan anak usia remaja yang mengalami berbagai perubahan dalam berbagai segi kepribadian-nya belum cukup memiliki pengalaman sekaligus sering diperlakukan secara mendua sehingga menimbulkan berbagai permasalahan bagi diri dan lingkungannya. Para orang tua dan pendidik hendaknya mampu memahami dan menyikapi perubahan tersebut Selain itu orang tua diharapkan mampu men¬ciptakan kiat (cara-cara) yang andal untuk menghadapi dan membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalahnya sehingga di antara anak dengan orang tua tetap terjalin keserasian hubungan.
Tak jarang, ada juga orang tua dan pendidik yang kurang memahami gejolak jiwa anak-anak usia remaja. Misalnya saja, seorang ayah masih memperlakukan anak yang tengah remaja seperti halnya ketika anak itu masih kecil. Dia tidak memperhatikan perkem¬bangan-perkembangan baru yang sebenarnya membutuh¬kan kiat bergaul yang berbeda dengan masa kanak-kanak terakhir. Sikap dan pandangan semacam itu menimbulkan kesenjangan dan masalah antara orang tua dengan anaknya, dan keadaan seperti itu dapat terus berlangsung sampai anak itu mengin¬jak usia dewasa. Oleh karena itu penting bagi orang tua memahami sifat-sifat khas yang berkembang pada anak remajanya.
Sejumlah ciri sifat yang biasanya ada pada remaja antara lain: kecanggungan dalam pergaulan; kelebihan emosi; berubahnya beberapa pandangan hidup; muncul sikap kritis dan suka menentang; ingin mencoba-coba; tingginya minat kelompok; dan banyak dipengaruhi model identifikasi (tokoh untuk ditiru).
Dalam keadaan seperti itu remaja dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas kehidupan sesuai tingkat perkembangannya, antara lain: menerima keadaan fisik dan peran seksual dan sosialnya; mencapai kebebasan emosional dan ekonomi; mengembangkan keterampilan baru bagi persiapan kerja dan berperilaku sebagai warga negara yang dapat diterima; menentukan nilai-nilai yang dianut dengan kesadaran; dan mempersiapkan diri untuk kehidupan berkeluarga.

Bagaimana Rasulullah saw Menghadapi Remaja
Ciri perkembangan sekaligus permasalahan yang sering muncul pada remaja adalah berkenaan dengan perkembangan seksualnya. Perkembangan seksual seorang anak biasanya bersamaan dengan perkembangan organ-organ seksual dan jaringan saraf yang sangat penting dalam perkem¬bangan rasionya. Perubahan-perubahan tersebut disertai dengan gejala-gejala khusus dalam tingkah laku yang menuntut perhatian dan pengawasan. Seorang pemuda mulai menginjak jenjang kelaki-lakian dan seorang pemudi mulai menginjak jenjang kewanitaan dengan daya tarik dan misteri-misteri yang mengun¬dang kebingungan dan kegelisahaan.
Abi Umamah, dalam hadits riwayat Ahmad, mengisah¬kan bahwa seorang pemuda telah datang menghadap Nabi saw. seraya berkata, “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.” Orang-orang yang ada di sekitarnya menghampiri dan memaki, “Celaka engkau, celaka engkau!” Rasulullah saw. mendekati pemuda itu dan duduk di sampingnya: Kemudian terjadilah tanya jawab (dialog) yang panjang antara Rasulullah saw. dengan pemuda itu:
Nabi saw: “Apakah engkau ingin hal itu (zina) ter¬jadi pada ibumu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka. Apakah engkau ingin hal itu terjadi pada saudara perempuanmu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal ini terjadi pada saudari-saudari mereka. Apakah engkau ingin hal ini terjadi pada saudara perempuan bapakmu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada sudara perempuan bapak mereka. Apakah engkau ingin hal itu ter¬jadi pada saudara perempuan ibumu?”
Pemuda : “Sekali-sekali tidak. Demi Allah yang menjadikanku sebagai tebusan Tuan.”
Nabi saw: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada saudara perempuan dari ibu mereka.”
Kemudian Nabi saw. memegang dada pemuda itu seraya berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya, dan peliharalah kemaluannya!” Setelah peristiwa itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif.
Beberapa nilai pendidikan yang terdapat pada peristiwa tersebut:
1. Rasulullah saw. Sangat memahami kejiwaan pemuda tersebut. Beliau tidak marah, bahkan memintanya untuk duduk didekatnya. Pengaruhnya sang pemuda merasa dihargai.
2. Rasulullah saw. menggunakan cara dialog, bertanya jawab secara bijak karena melalui cara tersebut anak dapat melontarkan pendapat kepada pendidiknya. Dan koreksi atas suatu pandangan dapat diberikan.
3. Masalah yang beliau tanyajawabkan berkisar pada masalah yang sedang dihadapi si pemuda tadi dan tidak keluar dari inti permasalahan atau tidak memecahkan konsen-trasi pemuda tadi dengan masalah-masalah yang lain.
4. Tanya jawab yang dilakukan Rasulullah saw merupakan cara yang paling cemerlang karena jawaban akan langsung keluar dari anak itu sendiri. Ketika Rasulullah saw. bertanya “apakah engkau suka bila zina dilakukan pada ibumu?” jawaban sang pemuda merupakan dalil pela¬rangan zina untuk dirinya sendiri. Selain itu, jawaban “sekali-kali tidak, demi Allah yang menjadikan saya se¬bagai tebusan Tuan,” merupakan pengakuan atas kesa¬lahan yang paling gamblang. Secara rinci, manfaat yang dapat kita ambil adalah:
a.Terjadinya interaksi esensial antara seorang anak didik dengan pendidiknya.
b. Pikiran anak didik akan terfokus dan terpusat pada pertanyaan yang dilontarkan.
c. ]awaban yang menggunakan kalimat negatif me¬rupakan metode pendidikan yang ilmiah dan realistis serta menjadi hujjah atas pelanggaran terhadap per¬buatan tertentu, baik secara kemasyarakatan maupun kemanusiaan.
5. Jumlah pertanyaan Rasulullah saw. yang banyak dapat menjadi dalil keyakinan yang menunjuk¬kan keingkaran pemuda itu terhadap perbuatan zina. Banyaknya dalil merupakan salah satu kiat pendidik¬an yang memperkuat hujjah dan alasan.
6. Di antara kiat penyembuhan yang digunakan Rasulul¬lah saw. adalah meletakkan tangannya yang mulia di dada orang yang mendapat masalah. Ketika beliau mele-takkan tangannya di dada pemuda tadi, dia pasti akan merasakan ketenteraman serta ketenangan jiwa. Sebab, ketika itu beliau mendoakan si pemuda dengan inti doa yang mencakup pengampunan dosa, penyucian hati, dan pemeliharaan kemaluan. Bercermin dari itu, tampaknya orang tua wajib menjadikan doa sebagai salah satu sarana penyembuh penyakit hati anak¬nya. Rasulullah saw. telah bersabda, “Ibadah yang paling utama adalah doa.” (Shahih al ]ami’ Ash Shaghir, hadits no. 1108). Dan Firman Allah, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan kuperkenankan doa¬mu.” (QS76: 8)
Setelah peristiwa itu, tidak lagi tersirat dalam benak pemuda tadi untuk berzina. Tidak diragukan lagi, dia akan mendayagunakan pikiran dan potensinya untuk hal yang membuahkan hasil dan memberikan manfaat bagi diri dan masyarakatnya, seperti menyibukkan diri dalam belajar, jihad, atau aktivitas lain yang membantu perkembangan sosial, ekonomi, dan politik. Potensi ter¬sebut merupakan modal besar yang dapat diharapkan hasilnya.
Belajar dari i’tibar di atas Najib Khalid Al’Amir dalam bukunya “Tarbiyah Rasulullaw” menyarankan agar orang tua dan pendidik mengambil sikap terhadap anak-anak mereka yang sedang remaja, seperti tertera berikut ini:
1. Mengetahui secara optimal perubahan-perubahan yang terjadi pada anak-anak mereka yang sedang remaja de¬ngan melakukan pengamatan yang jeli.
2. Mengarahkan mereka (anak-anak) untuk selalu pergi ke masjid sejak kecil sehingga memiliki disiplin naluriah dan andil yang potensial dalam lingkungan rabbaniah. Jika dia seorang pemuda, anjurkan untuk membiasakan shalat berjamaah dan membaca A1 Qur’an.
3. Membuka dialog dan menyadarkan mereka akan status sosial mereka.
4. Menanamkan rasa percaya diri pada diri mereka dan siap mendengarkan pendapat-pendapat mereka.
5. Menyarankan agar menjalin persahabatan dengan teman¬teman yang baik. Sikap tersebut dapat menjadi perisai positif dan menjauhkan mereka dari perbuatan-per-buatan nista.
6. Mengembangkan potensi mereka di semua bidang yang bermanfaat.
7. Menganjurkan kepada mereka untuk berpuasa sunah karena hal itu dapat menjadi perisai dari kebobrokan moral.
Ulama yang lain, Abdullah Nashih Ulwan mengajukan dua pedoman pokok untuk mendidik anak, yaitu pedoman mengikat dan pengawasan. Anak perlu diikat dengan aqidah, ibadah (wajib dan sunnah), pola pemikiran yang islami, nilai dan peran kemasyarakatan (pergaulan dengan akhlaq terpuji), dan dorongan pengembangan bakat serta potensi pribadi. Adapun pengawasan merupakan sikap kewaspadaan orang tua dalam mengamati setiap perkembangan anak-anaknya. Orang tua perlu mengawasi anaknya agar tetap berada pada jalur yang benar, tidak melakukan penyimpangan baik dalam hal makanan, pakaian, pergaulan, pola pemikiran, pengembangan kebiasaan, tradisi, dan amal ibadah pada umumnya.
Sejumlah saran yang beliau ajukan dalam upaya mendidik anak dan remaja antara lain:
• Menanamkan kerinduan pada usaha yang mulia
• Menyalurkan bakat fitri anak
• Menjalin hubungan yang baik anatara rumah, masjid, dan sekolah
• Memperkuat hubungan orang tua, pendidik, dan anak
• Menerapkan aturan secara ajeg
• Menanamkan kecintaan anak pada belajar
• Menyediakan sarana pembudayaan yang bermanfaat
• Menanamkan tanggung jawab keislaman
• Memperdalam semangat jihad

Adapun nasihat yang mengandung nilai-nilai islami yang dituturkan dalam bentuk tembang macapat antara lain dalam bentuk tembang Asmaradana dan Pangkur berikut ini:
Pada netepana ugi
Kabeh parentahing syara’
Terusna lahir batine
Shalat limang wektu uga
Tan kena tininggala
Sapa ninggal dadi gabug
Yen misih demen ning praja

Aja nedya katempelan
Ing wawatek kang tan pantes ing budi
Watek rusuh nora urus
Tunggal klawan manungsa
Dipun sami karya labuhan kang patut
Darapon dadi tulada
Tinuta ing wuri-wuri

Kesemua pandangan, pengajuan pengertian, saran dan nasihat yang diajukan dimuka pada akhirnya mengarah pada tujuan utama pembinaan anak adalah mencapai keridhaan Allah SWT. Jalan yang ditempuh adalah dengan menjadikan anak terikat kepada Al-Quran sehingga mendapatkan karunia hikmah, tumbuh belas kasihan yang mendalam, menjaga kesucian diri, bertaqwa, berbakti kepada kedua orang tua, tidak memiliki sifat sombong dan tidak termasuk orang yang durhaka, sehingga selamat dan kesejahteraan dilimpahkan kepadanya: dari lahir, mati, dan dibangkitkan kembali (QS.19: 12-15). Wallahu a’lamu bishshawab.

Diam Bukan Berarti Kalah January 27, 2012

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Di suatu padepokan, ada seorang guru yang sangat dihormati karena tegas dan jujur.

Suatu hari, dua orang murid menghadapnya. Mereka bertengkar hebat dan nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungan 3 x 7. Murid pandai mengatakan hasilnya 21. Murid bodoh bersikukuh mengatakan hasilnya 27.

Murid bodoh menantang murid pandai untuk meminta sang guru sebagai jurinya untuk mengetahui siapa yang benar di antara mereka.

Kata murid bodoh, “Jika saya yang benar 3 x 7 = 27 maka engkau harus mau dicambuk 10 kali oleh guru kita, tetapi kalau kamu yang benar bahwa 3 x 7 = 21 maka saya bersedia untuk memenggal kepala saya sendiri ha ha ha …..!!” Murid yang bodoh ini berani menantang demikian. Dia sangat yakin dengan pendapatnya!

“Katakan guru, mana yang benar??” tanya murid bodoh.

Ternyata sang guru memvonis cambuk 10 kali bagi murid yang pandai (orang yang menjawab 21). Si murid pandai jelas saja protes keras.

Sang guru menjawab, “Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi karena kamu tidak bijaksana. Duh… mau-maunya berdebat dengan orang bodoh yang tidak tahu kalau 3×7 adalah 21!!”

Beliau melanjutkan, “Lebih baik melihatmu dicambuk dan menjadi arif daripada harus melihat satu nyawa terbuang sia-sia!”

Pesan moral dari kisah ini:

Jika kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tak berguna, berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yang memulai perdebatan. Sebab, dengan sadar kita membuang waktu & energi untuk hal yang tidak perlu. Bukankah kita sering mengalaminya?

Debat seperti yang hanya akan buang energi ini, bisa terjadi dengan pasangan hidup, tetangga, atau rekan kerja. Ada saatnya bagi kita, untuk diam dan menghindari perdebatan atau pertengkaran yang sia-sia.

Diam bukan berarti kalah, kan?

Memang ini bukan hal yang mudah, tapi Anda sebaiknya tidak berdebat dengan orang bodoh, atau orang yang tidak menguasai permasalahan.

( sumber: AndrieWongso.com )

‘Cukup’ itu Tanda Syukur December 16, 2011

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Suatu hari seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang banyak sekali. Si petani menjadi sangat kaya raya, dan ingin menumpuknya sebanyak mungkin. Sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata “cukup”. 

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubug mungilnya untuk disimpan disana. 

Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata cukup.

Kata yang paling sulit diucapkan oleh manusia barangkali adalah kata “cukup”. Kapankah kita bisa berkata cukup? Hampir semua orang merasa gajinya belum bisa dikatakan sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha hampir selalu merasa pendapatan perusahaannya masih dibawah target.

Istri mengeluh suaminya kurang perhatian. Suami berpendapat istrinya kurang pengertian. Anak-anak menganggap orang tuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata cukup?

Cukup bukanlah soal berapa jumlahnya. Cukup adalah persoalan kepuasan hati. Cukup hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri. Tak perlu takut berkata cukup. Mengucapkan kata cukup bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya.

“Cukup” jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri. Mengucapkan kata cukup membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata cukup.

Belajarlah mencukupkan diri dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia. Belajarlah untuk berkata “Cukup”.

“Cara yang Paling tepat untuk “mengatakan” Cukup adalah dengan BERSYUKUR, semakin kita merasa “cukup” dan bersyukur maka kita akan semakin dekat dengan kebahagiaan dan jauh dari rasa kekurangan”

Walau bagaimanapun Rasa syukur dan rasa cukup harus kita barengi dengan ibadah sebagai wujud nyata agar rezeki kita semakin bertambah bukannya makin berkurang, agar cahaya iman semakin terang menerangi jalan hidup kita.

“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau kufur (akan nikmat-Nya). ” (QS An Naml:40)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema`lumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni`mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni`mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS Ibrahim:7)

Sumber: kembanganggrek

Mengajarkan Anak Gemar Sedekah November 1, 2011

Posted by tintabiru in Spirit.
add a comment

Anak adalah titipan Allah yang sangat berharga. Kewajiban orang tua adalah mendidik anak sebaik-baiknya. Bagaimana cara melatih anak agar gemar sedekah ? Mari sejenak kita renungi lirik lagu “Sedekah” by Opick berikut ini.

“Alangkah indah… orang bersedekah…. dekat dengan Allah… dekat dengan surga…Tak kan berkurang… harta yang sedekah… Akan bertambah… akan bertambah…Oooooh… indahnya saling berbagi… Saling memberi… karena Allah…”(Sedekah – Opick)

Petikan tembang yang didendangkan Opick di atas cukup untuk mewakili nilai moral dan mulia dalam bersedekah. Sedekah adalah amalan yang bisa merubah perilaku yang melakukan dan juga kehidupan yang menerimanya. Sedekah bisa berdampak besar bagi kehidupan yang melakukannya, sikap empati, rasa menolong, positive thinking, ketulusan dan keikhlasan.

Begitu banyak pelajaran yang telah kita berikan pada anak-anak kita, baik itu berupa perintah dan larangan, sikap dan moral, tentang hal yang baik dan buruk. Namun, seringkali pula kita dapati pelajaran tersebut tidak mampu menggerakkan mereka untuk bisa berubah, melakukannya dengan baik dan terus menerus. Mengapa?

Perlu diketahui bahwa anak itu bersifat meniru dan melakukan apa yang dilihat dan dilakukan terutama oleh orangtua, keluarga dan lingkungan sekitarnya. Sedekah adalah contohnya. Menganjurkan anak agar gemar berderma adalah sebuah sikap moral dan tindakan yang sangat terpuji, namun bukan sekedar wacana saja.

Gemar bersedekah ini harus ditumbuhkan pada anak-anak kita sejak dini, sehingga akan berdampak bagi perkembangan mentalnya setelah dewasa nanti. Apalagi jika sikap tersebut dilandasi dengan ketulusan dan keikhlasan, tentu akan menjadikannya lebih bermakna. Karena hanya dengan keikhlasanlah segala amal akan diterima Allah SWT.

Ketika anak-anak kita sudah senang dan cinta bersedekah, akan mudah bagi kita untuk menjelaskan dan menanamkan nilai-nilai pentingnya bersedekah di dalam agama, karena dia sudah melakukan dan merasakan sendiri (self experience) indahnya bersedekah. Betapa Allah SWT yang Maha Kaya memberi rezeki kepada semua makhluknya, bahkan semut yang kecil sekalipun. Memberi adalah sifat Mulia sang Pencipta, sungguh mulia manusia bila bisa memberi.

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan penerimanya), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran bagi mereka dan dan mereka tidak bersedih hati.” (Al-Baqarah: 262).

Anak yang cinta sedekah, saat mereka dewasa akan memiliki sifat dan karakter yang baik. Bahkan saat mereka menjadi pimpinan, mereka akan menyejahterakan dan menjadi berkah bagi orang di sekitarnya. Ibarat menanam bunga, akan menumbuhkan keindahan dan keharuman bagi sekitarnya. Subhanallah (ma)

Agar Sedekah Menjadi Mudah

Begitu mudahnya mengajarkan anak-anak kita agar gemar sedekah, bila kita memberikan contoh teladan yang baik pada mereka antara lain:

· Menanamkan empati terhadap apa yang terjadi di lingkungan sehari-hari merupakan awal yang baik, mengunjungi rumah yatim piatu, melihat anak-anak jalanan dan anak-anak terlantar, mengunjungi panti jompo, bahkan mengajaknya berjalan berkeliling kota, saat menemukan pengemis ajarkan anak memberi dari tangan mungilnya langsung. Beri rasa bahagia dan kebanggaan bahwa dirinya bisa memberi dan menolong orang yang membutuhkan. Sungguh luar biasa bila hal ini terjadi. Selamanya anak kita akan ingat dan menyadari betapa indahnya bersedekah

· Mengajarkan anak cinta sedekah adalah mengajarkan mereka sifat Allah SWT, Maha Pemurah, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang. Sehingga bila anak-anak kita bertanya tentang Allah SWT, kita bisa menjelaskannya dengan baik sifat-sifat yang dimiliki-Nya, sungguh indah bila kita memilikinya. Ketika kita mengajarkan anak-anak kita sedekah, bagai menanam Pohon Kebaikan yang subur, dahan dan rantingnya bercabang, bunga dan buahnya banyak, akarnya tertanan kuat dan menghujam ke tanah. Setiap sedekah yang kita berikan dengan ikhlas dan tulus berapa pun besarnya, apa pun bentuknya, akan kembali manfaatnya pada kita.

· Menularkan kepedulian dengan cara yang sederhana seperti berbagi kue dan meminjamkan mainan pada teman, melatih anak turut perduli pada sesama, melatih anak untuk tidak bakhil dan kikir. Bahkan kita juga dapat memberi pelajaran yang berharga pada anak-anak kita bahwa bila kita tidak cinta sedekah, maka kita akan memiliki sifat bakhil dan kikir yang merupakan sifat syetan. Bakhil dan Kikir tidak membuat seseorang menjadi kaya, karena apa yang kita dapat dan miliki adalah pemberian dan milik Allah SWT yang Maha Kaya, sehingga sedekah dapat memberi kita lebih kaya.

· Ajarkan untuk memberi tanpa pamrih (mengharap balasan/pujian) dan hindari anak berpikir negatif perlu dan tidaknya kita memberi. Bila ada orang yang meminta, berarti dia membutuhkan bantuan kita, sebesar apa pun kita bisa memberi. Selalu menanamkan keikhlasan pada setiap yang dilakukan oleh anak-anak kita. Bila kita tidak punya, sampaikan dengan santun dan sikap yang baik.

(Sumber: Bening – Baznas)