jump to navigation

Tujuh Golongan January 31, 2008

Posted by tintabiru in Renung.
add a comment

“Tujuh golongan yg akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya di hari tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. 1. Pemimpin yg adil, 2. Pemuda yg senantiasa beribadat kepada Allah semasa hidupnya, 3. Orang yg hatinya senantiasa berpaut pada masjid-masjid 4. Dua orang yg saling mengasihi karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, 5. Seorang lelaki yg diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yg cantik utk melakukan kejahatan tetapi dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah!’, 6. Seorang yg memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yg diberikan oleh tangan kirinya dan 7. Seseorang yg mengingati Allah di waktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dari kedua matanya” (HR. Bukhari & Muslim)

Ketika Laki-laki Berbohong January 10, 2008

Posted by tintabiru in Humor.
add a comment
Seorang penjual minyak goreng keliling seperti biasa menjajakan dagangannya di tepian Sungai Citarum. “Nyak nyak minyaaaaaaaaaaaaak” ,teriaknya. Di jalanan menurun tiba-tiba gerobaknya yang penuh dengan botol minyak tergelincir ke Sungai Citarum. Plung … lap …tenggelam deh ceritanya… Huuuuu … huuuu …. menangislah dia …. “Harus kuberi makan apa istriku nanti … huuu…”
    
Tiba-tiba … ada Malaikat yang baik hati muncul dan bertanya : “Hai,BAJURI … kenapa gerangankah sehingga engkau menangis begitu ?” Ternyata … namanya BAJURI … tahu juga ya itu Malaikat …. “Oh, Malaikat … gerobak minyak goreng saya tergelincir ke sungai …” “Baiklah … aku akan ambilkan untukmu …”
   
Tiba-tiba Malaikat itu menghilang dan muncul lagi dengan sebuah kereta kencana dari emas, penuh dengan botol dari intan … “Inikah punyamu?” tanya Malaikat … “Bukan … gerobakku tidak sebagus itu … mana mungkin penghasilan saya yang 6 juta sebulan bisa beli kereta kencana? Itu pun sudah ditambah komisi penjualan yang cuma sedikit”
    
Malaikat itu pun menghilang lagi dan muncul dengan sebuah kereta perak dengan botol dari perunggu. “Inikah punyamu?” tanyanya lagi. “Bukan, hai Malaikat yang baik … Punyaku cuma dari besi biasa .. botolnya juga botol biasa …” Lalu Malaikat itu pergi lagi … dan kali ini kembali dengan gerobak dan botol Si BAJURI. “Inikah punyamu?” “Alhamdulillah … benar ya Malaikat. Terima kasih sekali engkau telah mengambilkannya untukku”.
     
Malaikat berkata”, Engkau jujur sekali, ya BAJURI. Untuk itu sebagai hadiah … aku berikan semua kereta dan botol tadi untukmu …” “???????? Alhamdulillah …. terima kasih ya Allah … terima kasih ya Malaikat …”
      
Sebulan kemudian, BAJURI rafting bersama istrinya di sungai yang sama … Naas tak dapat ditolak, malang tak bisa dihindari … Perahu karetnya terbalik dan istrinya hanyut … “Huuuuuuuuuuuuuuuuu u…. huuuuuuuuuuu ……. istriku … di mana engkau ….”, isaknya …
      
Tiba-tiba Malaikat pun muncul lagi … “Kenapa lagi engkau, ya BAJURI ?” “Istri saya hanyut dan tenggelam di sungai, hai Malaikat …” “Ohhh … tenang … aku ambilkan …” Plash … Malaikat itu menghilang dan tiba-tiba muncul kembali sambil membawa Nafa Urbach … yang ada tato mawar di perutnya … “Inikah istrimu?” tanya Malaikat … “Betul, Malaikat … dialah istriku …”
     
“Haaaaaa …. BAJURI!!!” Malaikat membentak marah. “Sejak kapan kamu berani bohong? Di manakah kejujuran kamu sekarang?”Sambil bergetar dan berjongkok … BAJURI berkata :”Ya, Malaikat … kalau aku jujur … nanti engkau menghilang lagi dan membawa Bella Saphira … kalau kubilang lagi bukan … maka engkau akan menghilang lagi dan membawa lagi istriku yang sebenarnya …Lalu … engkau akan bilang bahwa aku jujur sekali … dan engkau akan memberikan ketiga-tiganya kepadaku… Buat membiayai hidup Nafa saja aku bingung gimana caranya …apalagi tiga-tiganya? ?? “ Malaikat pun termangu dan bengong …. “ Benar juga kamu … kamu realistis …”

(Anonymous)

     

Kebutuhan Primer Pria dan Wanita January 9, 2008

Posted by tintabiru in Renung.
add a comment
Kebanyakan kebutuhan emosional kita yang kompleks dapat diringkas sebagai kebutuhan akan cinta. Kaum pria dan wanita masing-masing mempunyai enam kebutuhan cinta yang khas dan sama-sama penting. Kaum pria terutama membutuhkan kepercayaan, penerimaan, penghargaan, pujian, persetujuan dan dorongan. Kaum wanita terutama membutuhkan rasa sayang, pengertian, rasa hormat, perhatian, penegasan dan jaminan. Tugas besar untuk memikirkan apa yang dibutuhkan pasangan kita dapat sangat disederhanakan melalui pemahaman tentang kedua belas cinta yang berbeda itu.
   
Tentunya setiap pria dan wanita pada akhirnya membutuhkan kedua belas jenis cinta itu. Mengakui keenam jenis cinta yang dibutuhkan kaum wanita tidak berarti kaum pria tidak membutuhkan jenis-jenis cinta ini. Kaum pria juga membutuhkan perhatian, pengertian, rasa hormat, kesetiaan, kebenaran dan ketenteraman. Yang dimaksud “kebutuhan primer” adalah orang perlu lebih dulu memuaskan kebutuhan primernya sebelum sanggup sepenuhnya menerima dan menghargai jenis-jenis cinta lainnya.
   
Kebutuhan primer harus lebih dulu dipenuhi sebelum orang sanggup sepenuhnya menerima dan menghargai jenis-jenis cinta lainnya.
    
1. Wanita membutuhkan Perhatian, Pria membutuhkan Kepercayaan 

Saat pria memperlihatkan minat terhadap perasaan-perasaan wanita dan menunjukkan kepedulian mendalam akan kesejahteraan wanita itu, si wanita merasa dicinta dan diperhatikan. Dengan membuat si wanita merasa istimewa dengan cara yang penuh cinta, pria itu berhasil memuaskan kebutuhan primernya yang pertama. Tentu saja si wanita makin mempercayainya. Rasa percaya ini membuatnya lebih terbuka dan lebih mudah menerima.  

Bila wanita menunjukkan sikap terbuka dan mudah menerima terhadap pria, pria itu merasa dipercaya. Mempercayai pria berarti meyakini bahwa ia melakukan yang terbaik dan bahwa pria tersebut menginginkan yang terbaik bagi pasangannya. Bila reaksi-reaksi si wanita mengungkapkan kepercayaan positif terhadap kemampuan dan niat pria, kebutuhan cinta utama pria itu pun terpuaskan. Otomatis pria itu jadi lebih penuh cinta dan perhatian terhadap perasaan-perasaan dan kebutuhan si wanita.

2. Wanita membutuhkan Pengertian, Pria membutuhkan Penerimaan.  

Bila pria mendengarkan tanpa menghakimi, melainkan dengan empati dan kedekatan terhadap wanita yang sedang mengungkapkan perasaan-perasaannya, wanita itu merasa didengarkan dan dipahami. Sikap penuh pengertian tidak berarti mengetahui pikiran atau perasaan seseorang, melainkan berusaha mengumpulkan makna-makna dari apa yang didengar, dan bergerak untuk membenarkan apa yang disampaikan. Semakin terpenuhi kebutuhan wanita untuk didengarkan dan dimengerti, semakin mudah baginya untuk memberi penerimaan yang dibutuhkan pasangannya.  
   
Bila wanita dengan penuh cinta menerima pria tanpa berusaha mengubahnya, pria itu merasa diterima. Sikap menerima itu tidak menolak, melainkan menegaskan bahwa pria itu diterima dengan gembira. Ini tidak berarti si wanita yakin pria itu sempurna, melainkan memperlihatkan bahwa ia tidak mencoba memperbaiki pria itu, bahwa ia mempercayai si pria untuk membuat perbaikan-perbaikan sendiri. Setelah merasa diterima, lebih mudah bagi pria untuk mendengarkan dan memberi wanita pemahaman yang dibutuhkan dan layak diterimanya.
   
3. Wanita membutuhkan Rasa Hormat, Pria membutuhkan Penghargaan.  

Wanita merasa dihormati bila pria menanggapinya dengan mengakui dan mengutamakan hak-hak, harapan dan kebutuhan-kebutuhannya. Bila tingkah laku pria itu mempertimbangkan pikiran-pikiran dan perasaannya, wanita tersebut pasti merasa dihormati. Ungkapan-ungkapan rasa hormat fisik dan nyata, misalnya dengan memberi bunga dan mengingat ulang tahun, sangat penting untuk memuaskan kebutuhan cinta utama nomor tiga pada wanita.

Bila wanita merasa dihormati, jauh lebih mudah baginya untuk memberi suaminya penghargaan yang layak diterimanya.  Bila wanita mengakui telah menerima manfaat dan nilai pribadi dari usaha-usaha dan tingkah laku pria, si pria jadi merasa dihargai. Penghargaan merupakan reaksi alami terhadap pasangan didukung. Setelah merasa dihargai, pria tahu usahanya tidak sia-sia; dengan demikian, ia didorong untuk memberi lebih banyak. Pria yang merasa dihargai secara otomatis lebih bersemangat dan terdorong untuk lebih menghormati pasangannya.

4. Wanita membutuhkan Kesetiaan, Pria membutuhkan Kekaguman.  

  
Bila pria mengutamakan kebutuhan-kebutuhan wanita dan dengan bangga mendukung dan memuaskan si wanita, kebutuhan utama cinta nomor empat wanita tersebut terpuaskan. Wanita berkembang subur jika ia merasa dipuja dan istimewa. Pria dapat memenuhi kebutuhan ini dengan lebih mementingkan kebutuhan dan perasaan wanita itu daripada minat-minatnya sendiri seperti pekerjaan, pelajaran, dan rekreasi. Jika si wanita merasa dirinyalah yang terpenting dalam kehidupan pria itu, dengan mudah ia akan memberikan kekagumannya.  
    
Seperti halnya wanita perlu merasakan perhatian pria, pria pun perlu merasakan kekaguman wanita. Mengagumi pria adalah memandangnya dengan penuh kekaguman, rasa senang dan persetujuan yang menyenangkan. Pria merasa dikagumi jika wanita gembira dan takjub akan sifat-sifat khasnya atau bakat-bakatnya yang mungkin mencakup rasa humor, keperkasaan, ketekunan, kejujuran, integritas, kemesraan, kebaikan hati, cinta, pengertian dan sifat-sifat baik lain. Bila pria merasa dikagumi, ia akan merasa cukup aman untuk membaktikan diri bagi isterinya dan menyanjungnya.
   
5. Wanita membutuhkan Penegasan, Pria membutuhkan Persetujuan.  

Bila pria tidak keberatan atau tidak menentang perasaan dan kebutuhan wanita, melainkan menerimanya dan menegaskan keabsahannya, wanita akan betul-betul merasa dicintai, karena kebutuhan primernya yang kelima telah terpuaskan. Sikap mengesahkan pria menegaskan hak wanita untuk merasa sebagaimana dirasakannya. (Perlu diingat, pria dapat menghargai sudut pandang wanita, meski ia sendiri mempunyai sudut pandang berbeda). Setelah pria belajar menunjukkan pada wanita sikap mengiyakan ini, pria itu pasti memperoleh persetujuan yang terutama dibutuhkannya.  

Jauh di dalam lubuk hatinya, setiap pria ingin menjadi pahlawan atau ksatria dengan baju baja berkilauan bagi wanita. Tanda bahwa pria telah lulus ujian seorang wanita adalah persetujuannya. Sikap menyetujui ini berupa pengakuan atas kebaikan dalam diri si pria dan mengungkapkan kepuasan menyeluruh terhadap pria itu. (Ingat, memberikan restu kepada pria tidak lalu berarti sependapat dengannya). Sikap menyetujui berarti mengakui atau mencari alasan-alasan yang baik di balik apa yang dilakukan pria itu. Setelah pria menerima persetujuan yang dibutuhkan, jadi lebih mudah baginya untuk menghargai perasaan-perasaan si wanita.
   
6. Wanita perlu Jaminan, Pria perlu Dorongan.  
   
Bila pria berulang-ulang memperlihatkan bahwa ia memperhatikan, memahami, menghormati, menghargai dan menyayangi pasangannya, kebutuhan utama pasangannya untuk diyakinkan telah terpenuhi. Sikap meyakinkan membuat wanita merasa senantiasa dicintai.  

Pria umumnya membuat kekeliruan dengan menganggap bahwa sekali ia telah memenuhi semua kebutuhan cinta primer isterinya, dan isterinya merasa bahagia dan aman, maka sejak saat itu isterinya harus tahu bahwa ia dicintai. Padahal ini tidak cukup. Untuk memuaskan kebutuhan cinta primer nomor enam isterinya, pria harus ingat untuk meyakinkannya berulang kali.  

Demikian juga, pria terutama merasa perlu mendapat dorongan dari wanita. Sikap membesarkan hati dari wanita bisa memberi harapan dan keberanian kepada pria. Wanita dapat mengungkapkan kepercayaan akan kemampuan-kemampuan serta watak si pria. Sikap mengungkapkan kepercayaan, penerimaan, penghargaan, kekaguman dan persetujuan mendorong pria untuk menjadi pribadi yang sebaik-baiknya. Karena merasa berbesar hati, pria terdorong untuk memberi kepada wanita jaminan penuh cinta yang dibutuhkannya.   

Pria dapat menampilkan sisinya yang terbaik setelah kebutuhan-kebutuhan cinta primernya yang keenam terpuaskan. Tapi kadang-kadang wanita tidak tahu apa yang terutama dibutuhkan pria. Ia memberikan cinta penuh perhatian, bukannya cinta penuh kepercayaan. Dengan demikian, ia secara tak sadar menyabot hubungan mereka.
   
Dikutip dari Buku Mars and Venus, John Gray, Ph.D 
      

Berkumpul Bersama Keluarga di Surga January 7, 2008

Posted by tintabiru in Renung.
add a comment
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim [66] : 6).

Allah SWT dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat enam di atas memberikan perintah kepada kita untuk menjaga seluruh anggota keluarga dari azab api neraka. Setidaknya ada dua hal yang harus kita perhatikan berkaitan dengan perintah Allah tersebut.

Pertama, menjaga diri. Sebagai pribadi kita harus mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan kita kepada Allah SWT di akhirat kelak. Semua amal perbuatan yang baik dan buruk akan dihisab oleh Allah SWT. Bila banyak melakukan amal shaleh, maka insya Allah surga ganjarannya. Sebaliknya, jika lebih banyak berbuat dosa, tentu neraka akan jadi balasannya.

Kedua, menjaga keluarga (wa ahlikum). Bagi seorang Muslim yang telah berkeluarga maka ia pemimpin di keluarganya. Sebagai pemimpin, maka kita harus memberikan keteladanan dalam segala hal. Kita harus mendidik anak dan isteri agar menjadi Muslim/Muslimah yang taat kepada Allah SWT.

Keshalehan orangtua akan menjadi jalan kebaikan bagi keturunannya. Dalam surat Al-Kahfi diceritakan tentang Nabi Khidir AS saat ditanya oleh Nabi Musa AS yang mengambil upah dari memperbaiki rumah yang hampir runtuh. Jawabannya, “Kaana Abuuhumaa Shaalehaa,” artinya “Ayahnya seorang yang shaleh.”

Dalam Al-Quran Allah SWT berfirman, “Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” (QS. Al-Kahfi [18] : 82).

Ayat itu menyiratkan mengenai keterkaitan antara orangtua dengan sikap anaknya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba yang ia yang akan berbicara pada mereka di hari kiamat, tidak akan berbicara pada mereka, dan tidak akan melihat mereka.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang yang tidak mau peduli dengan orangtuanya, membenci keduanya, dan tidak mau peduli kepada anaknya.” (HR. Ahmad dan Ath-Tabrani).
 
Maksud hadits tersebut, hubungan kita dengan orangtua berkorelasi kepada sikap anak kita kepada kita. Jika kita sebagai orangtua selalu mengajarkan keshalehan kepada anak, maka akan diikuti oleh anak kita dan hal itu akan menjadi jariah dari amal kita. Sebaliknya, jika kita banyak memberi contoh keburukan kepada anak, bukan tidak mungkin anak kita menjadi orang yang berperilaku buruk.

Anak dapat menjadi jalan terselamatkannya kita dari api neraka dengan do’a-do’anya sekalipun kita sudah meninggal dunia. Sabda Nabi SAW, “Apabila meninggal seorang anak Adam, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara : Shadaqah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang mendo’akan kedua orangtuanya.”

Begitu pula jika anak melakukan amal shaleh karena petunjuk kita, maka kita pun akan kecipratan pahalanya. Sabda Nabi SAW, “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala kebaikan itu sebanding dengan yang mengerjakannya.”

Sebuah keluarga yang dikumpulkan Allah di surgaNya akan mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan yang abadi. Keluarga yang dikumpulkan Allah di surgaNya kelak tentu bukan sembarang keluarga. Karenanya, kita harus berupaya menjadi pribadi yang shaleh, menjadi pemimpin yang taat bagi keluarga, dan menjadi Muslim yang bermanfaat bagi masyarakat. Allah SWT berfirman, “Dan orang-orang beriman serta anak cucu mereka mengikuti keimanan mereka, kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka.” (QS. At-Thur [52] : 21).
 
Demikianlah keberadaan orangtua yang shaleh dapat menjadi jalan anak dan cucunya (keluarganya) masuk ke surga, demikian Ibnu Abbas mengomentari ayat di atas. Alangkah indahnya jika kita kelak dapat berkumpul bersama-sama keluarga di surga. Jadikan dunia sebagai sarana untuk mewujudkannya. Jangan sampai dunia dijadikan tujuan utama. Wallahu a’lam bishshawwab.

Tulisan: H. Mulyadi Al-Fadhil di Kotasantri.com